Pertimbangan Sebelum Menikah
Menikah ialah impian dari setiap pasangan. Siapa sih yang tidak ingin
menikah di dunia ini. Akan tetapi, menikah itu bukanlah perkara mudah seperti
halnya membalikkan telapak tangan. Ada beberapa hal yang setidaknya perlu kita
pertimbangkan dengan baik sebelum akhirnya kita memutuskan untuk menikahi
pasangan kita. Beberapa hal tersebut meliputi :
Aspek Fisik
Hal yang
menyangkut tentang kondisi fisik ini bukanlah sekedar apakah pasangan kita itu
bertampang lumayan, tinggi rendah badan, kurus gemuk dan hal – hal lainnya yang
seperti itu. Akan tetapi, lebih ke kondisi kesehatan dari pasangan kita
tersebut. Bukankah pernah kita mendengar berita pertengkaran dalam berumah
tangga yang berujung dengan perceraian maupun poligami, pokoknya ujung –
ujungnya tidak mengenakkan, hanya dikarenakan kondisi kesehatan dari salah satu
pasangan yang memiliki pengaruh buruk, misalkan penyakit yang parah,
kemandulan, dan lain sebagainya.
Bukankah
saat – saat ini sudah sering ada berita pasangan yang memeriksakan kondisi
kesehatan masing – masing terlebih dahulu di saat mereka hendak memutuskan
untuk menikah? Ini bukan tentang apakah pasangan kita berparas mempesona
ataupun tidak, atau apapun itu, tapi lebih untuk mengantisipasi sebelum hal –
hal yang buruk terjadi. Lebih baik jujur dari awal daripada menjadi bencana
besar setelah menjalani pernikahan bertahun – tahun.
Sadarlah,
hubungan pernikahan bukanlah masalah cinta semata. Kita tidak bisa menciptakan
resepsi pernikahan yang mumpuni hanya dengan bermodalkan cinta semata. Bahkan
bagaimana dengan kehidupan berumah tangga setelah resepsi pernikahan? Dari awal
sebelum acara dan resepsi pernikahan, acara dan resepsi tersebut, bahkan
setelah acara dan resepsi pernikahan tersebut, semuanya ada biaya yang harus
dibayarkan dengan materi. Pikirkan dengan baik, bagaimana kita akan menyambung
hidup masing – masing dan juga kehidupan pernikahan kita, karena kebutuhan –
kebutuhan tersebut akan menjadi biaya yang harus dibayar secara materi, bukan
immaterial semata.
Bukan
berarti untuk menikah, kita perlu mengumpulkan data sekian ratus juta terlebih
dahulu. Bukan seperti itu. Kekayaan tidak menjamin kehidupan pernikahan kita
akan menjadi selalu bahagia, meskipun tidak dapat kita pungkiri juga,
kekurangan uang juga menjadi masalah yang cukup mengigit dalam kehidupan
berumah tangga. Ini hanyalah mengenai ‘jumlah yang cukup’, dan pengertian
‘cukup’, tentu berbeda untuk setiap orang. Yang terpenting ialah kemampuan untuk 'menghasilkan', tentunya semua akan menjadi masalah kalau kita ini pengangguran bukan?
Aspek Mental
Kondisi
fisik yang bagus, sehat, ditunjangi oleh kondisi keuangan yang bagus, lalu
kenapa masih belum berani memutuskan untuk menikah? Apapun alasannya, yang
pasti ialah “Belum Cukup Siap”. Masih ingin membina karir yang lebih mantap
lagi, masih ingin berpetualangan ke berbagai tempat, belum ingin benar – benar
terikat dalam suatu hubungan, belum siap untuk mengurus pasangan dan anak –
anak, belum benar – benar percaya dengan pasangan, takut apabila terjadi hal
ini itu, dan masih banyak lainnya lagi.
Kendala yang
paling utama dalam persiapan pernikahan maupun ketika sudah menjalaninya ialah
masalah mental/niat. Kesiapan mental hanyalah menjadi suatu teori belaka ketika
semua kondisi masih baik – baik saja, dan akan diuji ketika permasalahan muncul
dalam hubungan berumah tangga tersebut, baik yang menyangkut aspek fisik,
finansial, maupun mental itu sendiri.
Bagaimana
ketika suatu hari, salah satu pasangan baru diketahui mengidap suatu penyakit
berat, ataupun mengalami musibah yang merengut sebagian besar kesehatan dari
pasangannya. Bagaimana ketika hari – hari yang biasanya dilalui dengan sangat
nyaman, kemudian berubah menjadi keadaan yang menguras tenaga dan pikiran
karena kondisi keuangan yang tiba – tiba anjlok. Bagaimana ketika semua hal
baik – baik saja, bahkan sangat baik, sehingga salah satu pasangan lupa daratan
dan berlaku tidak setia kepada pasangannya.
Disaat
kondisi yang bermasalah tersebut timbul, maka ujian mental terhadap pasangan
tersebut berlaku. Kelangsungan dari penikahan tersebut akan tergantung dari
bagaimana pasangan tersebut menghadapi ujian mental tersebut, apakah lulus
ujian ataupun gagal.
Oleh karena itulah, sebelum kita memutuskan untuk menikah, alangkah
bijak apabila kita memperhatikan ketiga aspek tersebut, dan memperbaiki yang
masih menjadi kekurangan, terlebih terhadap aspek mental. Diperlukan dua orang
yang memiliki komitmen yang kuat untuk saling mendukung satu sama lain.
Pernikahan bukanlah hal sepele seperti halnya masa pacaran, yang ketika ada
masalah, merasa tidak cocok, lalu bisa dengan mudahnya mengakhiri hubungan.
Jangan terlalu terlena dengan drama yang kita tonton di televisi.
Pernikahan dalan kehidupan nyata tidaklah selalu manis dan menyenangkan, tetap
ada harga yang harus dibayar sampai akhir hayat. Akan tetapi penikahan yang
berarti, itu memungkinkan bagi pasangan yang memang benar – benar ‘siap’,
seperti halnya kisah Bapak BJ Habibie dan Ainun Habibie. Mereka berdua hanyalah
contoh sederhana dari kehidupan penikahan berarti lainnya diluar sana yang
mungkin belum pernah kita dengar.
Comments
Post a Comment