Everybody is a Liar


Sesungguhnya setiap orang di dunia ini merupakan seorang pembohong, siapapun itu. Lihat saja beberapa hal berikut ini, mulai dari hal yang paling sederhana.

Kita diajarkan untuk mematuhi lampu dan rambu - rambu lalu lintas, tapi setidaknya kita pernah tidak mematuhinya bukan? Meskipun hanya satu kali saja. Berarti kita sudah berbohong kepada diri kita sendiri tentang kebenaran hukum dan tata cara yang kita yakini.

Setiap kandidat yang melamar pekerjaan, pasti pernah mengatakan akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan dalam melakukan pekerjaannya apabila diterima bekerja di dalam perusahaan. Beberapa hari ataupun beberapa bulan kemudian, malah menghilang tanpa kabar ataupun mengajukan pengunduran diri secara mendadak.


Ketika kita menjelaskan sesuatu kepada orang lain, dan ada beberapa bagian yang tidak tepat dengan data, contohnya kita menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia ialah berjumlah 250juta jiwa, padahal data aslinya ialah bukan angka segitu, tapi karena kita tidak tahu pasti, maka kita mengasumsikannya dengan angka tersebut, bukankah kita memberikan data palsu (berbohong) kepada orang tersebut, terlepas dari kita benar - benar tahu ataupun tidak.

Dalam setiap candaan dan gurauan, terselip banyak kebohongan - kebohongan, oleh karena itulah wajah badut digambarkan dengan ekspresi tersenyum ataupun bahagia, padahal mungkin pelaku badut tersebut sedang kelelahan ataupun tidak bahagia.

Berbohong berarti tidak bertindak seperti aslinya bukan? Bukankah itu berarti semua aktor dan aktris film merupakan pembohong? Mereka hanya berakting, itu bukan diri mereka sesungguhnya. Dalam setiap film laga yang penuh aksi, semuanya hanyalah sandiwara, dengan bantuan penulis naskah, sutradara, koreografer, para stuntmen, bahkan kecanggihan teknologi saat ini. Bagaimana dengan Reality Show? Sama saja, semuanya sandiwara. Bagaimana dengan film dokumenter? Mungkin asli, mungkin tidak.


Mengekspresikan suatu hal dengan sepotong - sepotong, tidak keseluruhannya bukankah kebohongan juga? Karena jikalau begitu, maka semua foto prawedding yang dilakukan oleh para pasangan calon pengantin, juga merupakan suatu kebohongan. Bagaimana keahlian dari fotografer dengan peralatannya yang canggih, mampu menangkap keindahan dari kenyataan di lapangan yang sebenarnya tidak indah. 

Bagaimana pula dengan rasa syukur yang dipanjatkan kepada Sang Pencipta atas kehidupan yang dimilikinya saat ini, akan tetapi ketika diberikan cobaan kecil malah berlaku berkebalikan? Marah - marah, mengeluh, menyalahkan hal lain, dan sebagainya. Bukankah itu juga berbohong terhadap Rasa Syukur yang dipanjatkan?


Seorang Ibu dan anaknya yang juga sama - sama kelaparan menemukan sebuah makanan yang hanya cukup untuk 1 orang saja. Lalu sang ibu memberikannya kepada si anak dan sambil berkata kepada anaknya untuk menghabiskannya, dirinya masih kenyang. Itu cinta dari seorang Ibu? Lapar dan berkata masih kenyang itu sebuah kebohongan, apapun alasannya. Semua ibu melakukannya, maka tidaklah heran setiap ibu melakukan kebohongan yang paling banyak di dunia ini, dan kita melabelinya dengan sebutan Cinta Kasih Seorang Ibu.

Masih banyak yang bisa dijadikan alasan kenapa setiap orang itu pembohong. Bahkan tulisan diatas juga bisa dianggap sebagai suatu kebohongan, karena membicarakan hal yang berbeda dengan keyakinan diri masing - masing selama ini. Apalagi keahlian penulis dalam berbohong itu sangat rutin, hampir setiap hari. Cukup dengan mengatakan "Nope, I'm fine. Don't worry about me." Ketika ditanya apa yang sedang terjadi.

Jadi bagaimana seharusnya? Mungkin artikel berikut bisa membantu. Klik disini.

Comments

Popular Posts